Washington – Tel Aviv | Jumat, 27 Juni 2025
Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan telah menyepakati sebuah proposal percepatan penyelesaian konflik di Jalur Gaza, yang selama ini menelan ribuan korban jiwa dan memicu krisis kemanusiaan yang parah. Kesepakatan tersebut muncul setelah serangkaian pertemuan intensif antara kedua tokoh dalam beberapa minggu terakhir.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut sumber diplomatik yang dekat dengan perundingan tersebut, Trump mengusulkan sebuah kerangka resolusi tiga tahap yang mencakup penghentian segera serangan militer, pembukaan jalur bantuan kemanusiaan secara penuh ke Gaza, serta dimulainya dialog regional yang melibatkan negara-negara Arab moderat.
Benjamin Netanyahu, yang selama ini dikenal dengan pendekatan keras terhadap Hamas, dilaporkan menunjukkan kesiapan untuk mempertimbangkan opsi diplomatik ini sebagai bagian dari “langkah strategis jangka panjang demi keamanan Israel dan stabilitas regional”.
“Kami berada di titik di mana solusi militer semata tidak cukup. Kami butuh pendekatan strategis baru, dan Trump menawarkan hal itu dengan keberanian politiknya,” ujar salah satu pejabat senior di kabinet Israel yang tidak ingin disebutkan namanya.
Di sisi lain, Trump dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi konservatif menyatakan bahwa proposal ini adalah “kesempatan nyata untuk mengakhiri pertumpahan darah dan membangun perdamaian yang berkelanjutan, tanpa harus mengorbankan keamanan Israel.”
Meski belum ada rincian resmi yang dipublikasikan, draf awal dari proposal disebut mencakup:
-
Gencatan senjata bersyarat yang diawasi oleh badan internasional.
-
Distribusi bantuan kemanusiaan dengan jaminan keamanan dari kedua belah pihak.
-
Rencana rekonstruksi Gaza yang didukung oleh negara-negara donor dengan mekanisme pengawasan ketat.
-
Pembentukan forum regional untuk menyusun langkah politik lanjutan terhadap konflik Palestina-Israel.
Proposal ini disambut hati-hati oleh beberapa negara Arab, terutama Mesir, Yordania, dan Uni Emirat Arab, yang selama ini berperan sebagai mediator dalam konflik. Namun, kelompok Hamas belum memberikan respons resmi terhadap rencana tersebut.
Pakar hubungan internasional menilai inisiatif ini sebagai bagian dari upaya Trump membangun kembali pengaruh politiknya menjelang Pilpres AS 2028. “Ini langkah politis yang cerdas, tapi juga bisa berdampak besar jika berhasil,” ujar Dr. Rania Al-Masri, analis geopolitik dari Beirut.
Hingga kini, konflik di Gaza telah berlangsung selama lebih dari satu tahun dengan kerugian besar di pihak sipil. Komunitas internasional berharap bahwa proposal ini menjadi pintu masuk menuju gencatan senjata permanen dan proses damai yang konkret.